Nganjuk, PING – Suasana sakral dan meriah kembali mewarnai sejumlah desa di Kabupaten Nganjuk dalam tradisi tahunan nyadran atau bersih desa. Bupati Nganjuk, Marhaen Djumadi, menyatakan dukungan penuhnya terhadap kegiatan ini, yang dinilainya tak hanya sebagai pelestarian budaya, tetapi juga motor penggerak ekonomi rakyat.
“Bersih desa atau nyadran wajib kita lestarikan,” tegas Bupati Marhaen kepada wartawan, penuh semangat.
Baca Juga : Uniknya Nyadran di Kelurahan Kramat, Arak Hasil Bumi Gunungan Sayur dan Polowijo
Dilansir dari JP Radar Nganjuk, menurutnya, tradisi nyadran merupakan warisan leluhur yang memiliki nilai budaya tinggi. Tak semua daerah di Indonesia memiliki tradisi serupa dengan kemeriahan seperti yang ada di Nganjuk, hal ini menjadi ciri khas yang patut dibanggakan warga Kota Angin. Karena itu, ia mengajak masyarakat untuk terus aktif dalam nguri-uri atau melestarikan budaya lokal.
“Ini budaya kita sendiri. Jangan sampai punah. Harus diwariskan kepada anak cucu kita,” imbuhnya.
Namun, bukan hanya soal pelestarian budaya. Kang Marhaen juga menyoroti dampak positif nyadran terhadap perekonomian lokal. Ia mencontohkan kegiatan nyadran di Desa Sonoageng, Kecamatan Prambon pada waktu lalu yang bisa berlangsung lebih dari seminggu dan menarik ribuan pengunjung setiap harinya.
“Bayangkan, selama kegiatan berlangsung, para pedagang kecil, pelaku seni seperti pemain jaranan dan wayang, semua kebanjiran rejeki. Perputaran uang di desa pun meningkat tajam,” jelasnya.
Baca Juga : Hadir dalam Nyadran Kelurahan Kramat, Bupati Marhaen Resmikan Balai Ki Ageng Kramat
Tradisi nyadran, lanjut Kang Marhaen, membuka ruang besar bagi pelaku usaha lokal untuk berkembang. Mulai dari penjual makanan, mainan anak-anak, hingga seniman tradisional, semuanya ikut merasakan dampak positif dari meriahnya acara budaya ini.
Senada dengan Marhaen, Ketua DPRD Nganjuk, Tatit Heru Tjahjono, juga menyerukan pentingnya menjaga tradisi nyadran. Menurutnya, budaya lokal adalah jati diri yang harus dipertahankan oleh seluruh lapisan masyarakat.
“Masyarakat harus mencintai budaya sendiri. Salah satunya ya dengan melestarikan nyadran ini,” tuturnya.
Dengan semangat gotong royong dan cinta budaya, nyadran bukan hanya menjadi bentuk penghormatan kepada leluhur, tetapi juga wujud nyata kolaborasi masyarakat dalam menjaga tradisi sekaligus menggerakkan roda ekonomi lokal.