Sejarah Desa Mungkung



DATA NAMA RUPABUMI WILAYAH ADMINISTRASI

DESA MUNGKUNG KECAMATAN REJOSO

KABUPATEN NGANJUK TAHUN 2019

 

  1. KECAMATAN REJOSO
  2. DESA MUNGKUNG
  3. NAMA IBUKOTA                           : MUNGKUNG
  4. NAMA DI DAERAH                       : MUNGKUNG
  5. NAMA LAIN                                   : MUNGKUNG
  6. NAMA YANG DISEPAKATI           : MUNGKUNG
  7. ARTI  NAMA                                  : -
  8. SEJARAH NAMA                          : -
  9. BAHASA DAERAH                        : JAWA
  10. KESENIAN                                     : TAYUB
  11. RINGKASAN ASAL /SEJARAH DESA :
  1.  

Ada jaman dahulu kala hidup sepasang suami isteri yang sangat bahagia yang bernama Eyang Jangkung, dengan Dewi Mangli, mereka bermukim beberapa waktu disuatu tempat yang pada akhirnya daerah tersebut diberi nama “ Semang “ dari kata kesengsem Dewi Mangli  sebab dari situlah cinta mereka berawal dan sampai akhirnya hidup bersama.

Dalam mengarungi bahtera rumah tangga banyak suka duka yang dialami Dewi Mangli bersama suaminya dengan penuh kesabaran dan kesederhanaan, yang akhirnya Dewi Mangli sangat mencintai suamiya walaupun hidup dalam kesederhanan. Dalam perjalanan hidupnya tidak disangka suatu hari bencana banjir melanda daerah tersebut yang akhirnya memisahkan mereka. Suaminya hanyut terbawa arus banjir dan tidak diketahui keberadaannya, sedangkan Dewi Mangli menyelamatkan dirilari kearah selatan. Dalam pelariannya ke selatan itu Dewi Mangli bertemu dengan seseorang yang bernama JOMITO DWI ATMOJO salah satu pengikut pangeran Diponegoro yang lari dan menyamar sebagai pande besi yang akhirnya di juluki dengan nama Mbah Dhe. Dari pertemuan itu lambat laun Mbah Dhe Kesengsem atau jatuh cinta dengan Dewi Mangli, Tetapi cintanya ditolak oleh Dewi Mangli karena Dwi Mangli masih setia menungguSuaminya dan masih berharap masih bisa bertemu dengannya walaupun sudah lama tidak diketahui keberadaannya dan kabar beritanya. Namun hati nurani Dewi Mangli Berkata dan percaya kalau suaminya masih hidup.

Mbah Dhe yang sudah terlanjur jatuh cinta berupaya terus menerus dan tidak putus asa untuk mendapatkan cinta sang Dewi Mangli. Dengan berbagai cara Mbah Dhe Membuat sang Dewi Mangli tetap tinggal dan tidak bisa keluar dari Daerah itu, untuk mewujudkan keinginannya Mbah Dhe melindungi atau membatasi daerahnya. Dimulai dari wilayah selatan ditanami Pohon Siwalan dan Miri terus keutara ditanami pohon jati dan didaerah rawa rawa selalu dijaga dengan ketat, terus ke timur ditanami pohon Gempol dan pelem( Mangga). Akhirnya membentuk lingkaran yang dianggap sebagai batas – batas wilayah yang ditempati oleh Mbah Dhe dan Dewi Mangli.

Lambat laun seiring perjalanan waktu batas –batas tersebut menjadi daerah / wilayah yang namanya diambil dari tanaman tersebut sebelah selatan menjadi desa Siwalan, sebelah Utara Rawa Linggi dan Setren, Sebelah timur menjadi desa jatirejo dan Desa Gempol.

Setelah beberapa tahun kemudian ternyata suami sang Dewi masih hidup dan mengembara mencari isterinya. Dalam pengembaraannya dan upaya pencarian isterinya Eyang kakungberupaya memasuki wilayah “ SEMANGyang telah lama ditinggalkannya, beliau menemui beberapa kesulitan diantaranya daerah itu telahberubah akibat banjir bandang yang melanda daerah itu beberapa tahun yang lalu dan banyak terdapat pagar hidup (pohon yang ditanam oleh Mbah Dhe ) sebagai pelindung / batas wilayah tersebut. Karena terdorong oleh rasa cintanya yang sangat kuatpada isterinya ( Dewi Mangli ) Eyang kakung berusaha memasuki wilayah itu lewatutara dengan membabat / menebang pohon jati yang pada akhirnya banyak pohon Jati yang patah / Pokak, kemudian ki Eyang berenang / mengarungi daerah Rawa –Rawa ( Rawa dilangeni) akhirnya saat ini menjadi ROWO LINGGI . setelah itu ternyata wilayah Semang sudah rata dengan tanah akibat banjir bandang tersebut, kemudian beliau melanjutkan perjalanannya ke selatan dan akhirnya bertemu dengan isterinya (Dewi Mangli ). Mereka sangat bersyukur dan bahagia karena bisa bersatu kembali, akhirnya tempat pertemuannya itu diberi nama MUNGKUNG yang artinya Ketemu eyang Kakung. Dalam mensyukuri pertemuannya dan merayakan kegembiaraanya Dewi Mangli Menari Tarian Gambir Anom, Yang pada akhirnya Dewi Mangli dijuluki Mbah Gambir Anom.

Mbah Dhe dengan sendirinya tidak menyukainya pertemuan Eyang Kakung dengan Dewi Mangli. Beliau merasa kecewa dan berusaha meninggalkan wilayah Mungkung tetapi dihalang- halangi oleh beberapa temannya (sesama pengikut pangeran Diponegoro) kemudian temannya yang menghalang-halangi itu dijuluki Mbah Tunggak (Metu di penggak ) artinya Melarang Mbah Dhe keluar wilayah desa Mungkung. Pada akhirnya wilayah yang ditempati dan menjadi kekuasaan Mbah Dhe Diberi nama Mungkung Semanding karena bersebelahan dengan Mungkung yang sudah ada( Mungkung yang ditempati dan menjadi kekuasaan Eyang Kakung dan Dewi Mangli).

Lambat laun seiring perjalanan waktu dan pergantian generasi wilayah mungkung Semanding yang menjadi kekuasaan Mbah Dhe diganti menjadi Mungkung Geneng, sedangkan Mungkung yang menjadi kekuasaan Eyang Kakung dan Dewi Mangli diganti menjadi Mungkung Ledok. Setelah beberapa puluh tahun berjalan dan majunya peradapan manusia akhirnya wilaya Mungkung Geneng dan Mungkung Ledok bersatu menjadi“MUNGKUNG” sampai Sekarang.

 

  1. SILSILAH KEPALA DESA MUNGKUNG :

Konon menurut cerita Sesepuh Desa Mungkung Kecamatan Rejoso bahwa pada awalnya Desa Mungkung sebelum digabung menjadi 1 Desa terdiri dari 2 wilayah yaitu Mungkung Geneng dan Mungkung Ledok yang masing-masing di Kepalai Lurah, namun nama dan tahun orang tersebut menjabat menjadi Lurah Desa Mungkung Ledok dan Mungkung Geneng tidak diketahui, dikarenakan Lurah Mungkung Geneng meninggal dunia akhirnya 2 wilayah Desa Mungkung Geneng dan Mungkung Ledok hanya di Kepalai oleh 1 Lurah yaitu Lurah Mungkung Ledok yang akhirnya terjadi penggabungan 2 Wilayah menjadi 1 wilayah yang sekarang disebut DESA MUNGKUNG. Mengenai Bukti Hitoris keberadaan 2 Lurah di desa Mungkung yaitu Tanah Aset Desa berupa Sawah Titi Soro yang Letaknya di Wilayah Mungkung Geneng konon sebagai Sawah Bengkok Lurah Mungkung Geneng, dan sekarang berubah menjadi Sawah Hansipan yang diperuntukkan sebagai upah LINMAS dalam mengabdi kepada Pemerintahan Desa Mungkung.

Setelah Tampuk Pimpinan pemerintah Desa Mungkung dikepalai 1 Lurah untuk yang pertama kalinya, Desa Mungkung masih terdapat 2 masa kepemimpinan sebelum Kepemimpinan Lurah MARTOREDJO, namun nama serta tahun pada masa menjabat sebagai Lurah Desa Mungkung tidak diketahui. Hanya masa kepemimpinan Lurah MARTOREDJO – lah yang masih segar dalam ingatan Sesepuh Desa Mungkung, karena memang bersumber dari cerita Leluhur secara lisan turun temurun yang tidak pernah tertulis.

Silsilah Kepala Desa Mungkung :

  1. Lurah MARTOREDJO                           : Tahun 1943 sampai  Tahun 1959
  2. Lurah DONO WARSITO                        : Tahun 1960 sampai   Tahun 1968
  3. Lurah SARLAN                                      : Tahun 1969 sampai   Tahun 1990
  4. Kepala Desa KAMBALI                          : Tahun 1990 sampai   Tahun 2007
  5. Kepala Desa HARRY SUSANTO          : Tahun 2007 sampai   Tahun 2019
  6. Kepala Desa DASAR                              : Tahun 2019 sampai